Kamis, 25 Februari 2016

SG, 27 Oktober 2015




Oleh-oleh
Membawa buah tangan sepertinya sudah menjadi budaya nenek moyang yang tak bisa dihilangkan. Budaya baik yang harus dilestarikan. Budaya memberi dan mengingat orang-orang yang menempati ruang masing-masing di hati ini. Sore ini kami ke Bugis Street tak jauh dari stasiun Raffles. Tempat murah membeli oleh-oleh. Tergiur dengan barang-barang didalamnya. Ada t-shirt, mainan kunci, potong kuku, tas, dompet, coklat dan sebagainya. Kami dapat menanyakan harga barang dengan bahas Inggris maupun melayu, karena mayoritas pedagang adalah orang melayu. Beberapa oleh-oleh barang kami beli disini, selain memang harganya terjangkau, tempatnya yang berbentuk lorong panjang juga pas sebagaimana pasar yang ada di Indonesia. Hanya bedanya di Singapura tak ada sampah sedikitpun yang tampak dijalanan. Usai berbelanja kami kembali ke flat. Menikmati lelah nan menyenangkan hari ini.
Masih seputar tempat belanja, Geylang adalah pusat perbelanjaan masyarakat Melayu. Dahulu masyarakat Melayu berkumpul disekiatar kawasan Geylang Road. Namun karena pembangunan yang begitu pesat, maka masyarakat Melay tersebar ke berbagai wilayah. Namun kawasan Geylang ini tetap menjadi tempat berkumpul dan berinteraksi yakni pasar masyarakat Melayu.
Di pasar ini terdapat beraneka ragam makanan, pakaian atau yang biasa dsebut baju kurung khas Melayu, kerudung dan sebagainya. Terdapat juga toko buku, setelah melihat beberapa rak, tampak buku yang ada adalah ekspor dari Malaysia dan Indonesia. Maklum, Negeri singa putih ini masih sangat  muda dan belum banyak ditemukan penulis atau pengarang buku didalmnya. Namun sekolah-sekolah yang ada di Singapura saat ini bertaraf Internasional. Ini menunjukkan bahwa mereka telah mempersiapkan kematangan masa depan sejak dini. Mendidik siswa berkualitas saat ini akan menghasilkan banyak ilmuan di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar