Seminar Teologi al Ashr Kyai Ahmad
Dahlan
Hari ini kuliah libur. Sebagaimana yang terencana, kami mengikuti
seminar A. Zaki mengenai bukunya teologi surat al Ashr, Kyai Ahmad Dahlan.
Tempat seminar tidak jauh dari Kampung Gelam, wilayah yang dulunya menjadi
tempat majemuk muslim melayu. Ada tiga jalan yang berada di kampung Gelam, yaitu
Busuroh, Kandahar, dan Arab Street
Pada zaman penjajahan Inggris, masyarakat melayu dari Indonesia,
Malaysia dan beberapa Negara tetangga saat akan menunaikan ibadah Haji mereka
singgah ke Kampung Gelam. Mereka berlayar dari berbagai pulau kemudian bermukim
di Singapura beberapa bulan untuk bekerja mencari tambahan bekal ke Tanah Suci.
Kami sempatkan mampir ke masjid Sultan, masjid pertama di Singapura.
Satu-satunya masjid di Singapura yang menyuarakan azan menggunakan pengeras
suara. Tak lama menunggu hujan reda, kami melangkah menuju Taman Warisan
Melayu. Taman ini bekas peninggalan istana Singapura. Gaya arsitektur bagian
depan masih sama sebagaimana aslinya, hanya saja bahan-bahan sudah diganti
dengan yang baru. Kami melihat sejarah Yusof Ishak, presiden pertama Singapura,
satu-satunya presiden Singapura yang berkebangsaan Melayu. Dari sinipun saya
tahu bahwa dahulu nama Negara ini adalah Temasek, sebelum akhirnya berganti
menjadi Singapura.
Seminar kami ikuti
dari awal hingga akhir. A. Zaki, Dosen Universitas Muhamadiyah Surakarta banyak
menjelaskan masalah Muhammadiyah dan perkembangannya di Indonesia. Ia
menjelaskan bagaimana teologi al Ashr menyaingi al Maun, teologi yang familiar
di kalangan Muhamadiyah. Kiyai Ahmad Dahlan mengajarkan al Maun kepada muridnya
selama tiga bulan agar muridnya peka terhadap kehidupan fakir miskin. Lebih
dari itu Kyai Ahmad Dahlan mengajarkan surat Al Ashr selama delapan bulan pada
muridnya. Ia mengatakan bahwa makna al Ashr yakni demi masa, maksudnya adalah
demi masa yang terus bergerak ke depan. Ini dimaksudkan agar mereka dapat
menghargai waktu, agar semakin berjalannya waktu banyak hal yang dapat
dilakukan Muhamadiyah untuk mensejahterakan kehidupan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar