Kritik Sastra Melayu Modern
Oleh. Dr. Azhar Ibrahim.
Sebagaimana yang dijelaskan Dr. Azhar Ibrahim, sastra memiliki
berbagai aliran diantaranya agamisme, nasionlisme, matrealisme. Karya sastra
yang di bahasa pada perkuliahan kali ini adalah karya Mohamad Latief Mohamed
dengan judul Kota Air Mata. Mohamad Latief merupakan pengarang novel modern
yang banyak mengisahkan tentang kisah kehidupan nyata bangsa melayu pada era
70-an semasa hidupnya.
Pada tahun 1965 Singapura resmi lepas dari Malaysia. Saat itulah
banyak kesenjangan dalam system sosial kemasyarakatan di Singapura. Bangsa
melayu menjadi minoritas. Para penyair, cendekiawan, alim ulama yang bermukim
di Singapura banyak yang berpindah ke Kuala Lumpur Malaysia. Secara psikologis,
mereka bangsa melayu yang tinggal di Singapura terpukul dengan adanya pemisahan
Malaysia dan Singapura, dikarenakan bangsa Melayu yang tadinya mayoritas
menjadi minoritas di Singapura dan digantikan oleh bangsa Cina.
Dengan kemelut yang ada inilah Mohamad Latief mencoba memaparkannya
dalam bentuk karya sastra, novelet denga judul “Kota Air Mata.” Satu ungkapan
Dr. Azhar yang menarik bagi saya adalah “saat jurnalisme, surat kabar,
media elektronik bungkam perkara, maka karya sastralah yang dapat berbicara.”
Novel ini adalah novel realis yang menceritakan realita kehidupan
nyata. Tentang kemiskinan dan kesengsaraan hidup. Membicarakan kemiskinan
adalah hal tabu di Singapura. Novel ini tidak banyak diketahui publik karena
kisahnya tidak menguntungkan bagi kaum plitik pemerintahan. Ani sebagai tokoh utama dalam novel merupakan
gadis yang lahir dalam keadaan miskin dengan
Membaca karya sastra tidak dapat kita simpulkan dengan sebagian
teks saja. Karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan konteks bagaimana cerita
itu dikisahkan. Karya sastra memiliki beberapa unsur, diantaranya;
-
Subteks
yaitu berkenaan dengan penulis itu sendiri. siapa penulis, darimana asal
penulis, penulis memiliki kecenderungan apa dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar