Selasa, 02 Oktober 2018

Melancong ke Bromo dari Malang Naik Sepeda Motor

Ini kisah perjalanan nekatku ke gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi wisata yang diimpikan banyak orang baik dalam maupun luar Negeri. Letak gunung Bromo secara geografis diapit oleh empat Kabupaten di provinsi Jawa Timur yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Dan tentunya bagiku yang saat ini tinggal di kota Malang, tidak begitu jauh untuk pergi ke gunung yang sangat indah ini.
Aku bersama lima orang teman perempuan berangkat dari Malang dengan mengendarai tiga sepeda motor. Sebenarnya ini hal yang agak bahaya dan tidak perlu ditiru. Karena pertama, tidak ada laki-laki dalam rombongan, kedua kami berangkat malam hari dalam keadaan buta jalan kecuali mengandalkan gmaps, ketiga motor yang kami kendarai adalah motor beat dengan kondisi motor yang tidak fit pada bagian rem. Ah, kalau dipikir-pikir alangkah nekatnya... hanya modal bismillah minta pertolongan sama Allah.
Kami melangkah dari malang kota jam 20.30 lewat jalur Tumpang ke arah Coban Pelangi. Akses jalan dari kota sangat bagus dan ramai. Setelah melewati Tumpang menuju ke Coban Pelangi jalanan mulai sepi, kadang lewat pemukiman warga, kadang lewat perkebunan tebu. Ini yang serem kalo pas lewat perkebunan sedangkan motor yang lewat hanya tiga motor kami, uh.. doa banyak-banyak pokoknya. Setelah melewati Coban Pelangi, jalanan tambah sepi dan berliku, banyak jurang di kanan kiri jalan, pengendara harus ekstra hati-hati. Setelah melewati jalanan berliku, gelap, dan menanjak tersebut, akhirnya pada pukul 23.00 kami sampai di gerbang yang bertuliskan “Selamat datang di wisata gunung Bromo.” Ah leganya..., disana kami berhenti untuk membeli tiket masuk gunung Bromo. Setelah memarkir sepeda motor, kami beristirahat sejenak, pergi ke toilet, membayar tiket masuk seharga Rp. 32.500,-/orang dan basa-basi dengan membeli syal sambil ngobrol dengan para petugas yang ada disana. Jangan takut, para petugas, pedagang, sopir jip yang ada di tempat pembelian tiket orangnya baik-baik. Kita tidak akan dibohongi. Dan disinilah kami memesan jip yang sejak dalam perjalanan kami khawatirkan, dimana kami harus berhenti untuk memesan jip. Dan dari obrolan kami tahu bahwa perjalanan ke Bromo ramai di atas jam 23.00. jadi wajar bila diperjalanan tadi sangat sepi karena masih dibawah jam 21.00.
Kami mendapatkan jip seharga Rp.600.000,- untuk 6 orang. Setelah istirahat di saung yang disediakan, akhirnya kami berangkat dengan jip ke Bromo pukul 01.30 pagi. Betapa menakjubkannya melihat pemandangan malam di kawasan Bromo dengan cahaya bulan bertabur bintang. Kami sarankan buat kalian yang ke Bromo naik motor beat mending sambung jip saja, karena selain jalannya berbahaya yaitu naik, turun, berpasir, kalian bisa lebih menikmati perjalanan apabila dengan menggunakan jip. Jip terus melaju menuju puncak penanjakan, di puncak kami turun untuk melihat sunrise. Di puncak sangat dingin, kami sarankan memakai jaket berbahan parasut atau yang tidak tembus dingin. Tapi bagi yang mengenakan jaket biasa jangan khwatir, karena di puncak banyak pedagang dan jasa sewa jaket.
Usai makan pop mie di warung makan yang tersedia dan shalat subuh pukul 04.00, kami bergegas ke puncak mencari spot melihat sunrise yang tepat. Disana banyak sekali wisatawan yang sudah stand by menunggu sunrise. Sekitar pukul 05.00 sunrise mulai muncul. Ah, betapa indahnya ciptaan Allah.. kalimat tasbih tiada henti kami lantunkan.
Setelah menikmati sunrise dan berfoto ria, kami kembali menuju jip pukul 06.00 untuk melanjutkan perjalanan menuju spot wisata Bromo lainnya. Diantara tempat yang kami singgahi adalah padang safana, pasir berbisik, dan bukit teletubies. Keindahan yang tak habis pujian karenanya. Mata ini benar-benar dimanjakan dengan alam luar biasa ciptaan Tuhan. Ya, siapapun kamu yang membaca cerita ini rugi bila tak berkunjung kesana, agar tambah rasa syukurmu kepadaNYA.
Malang, 22 September 2018