Minggu, 01 Desember 2013

renungan mahasiswa



Renungan Mahasiswa

            Berapa lama sebenarnya kuliah s1 ini ditempuh? Pertanyaan yang dimunculkan salah satu dosen pada kami saat tajul afkar yang dilaksanakan malam itu. Terdiam, kemudian muncul angka-angka dibenak yang layak didiskusikan dan direnungkan. Kalau 1 mata kuliah 16 kali pertemuan dalam 1 semester berarti maksimal kami belajar adalah 4 bulan dalam 1 semester. Kemudian 4 bulan x 7 semester (masa aktif kuliah) adalah 28 bulan. 28 bulan sama dengan 2 tahun 4 bulan. Ditambah dengan tanggal merah, cuti bersama, hari kejepit, bolos dengan dalih organisasi dll berkisar 4 bulan trsisalah 2 tahun. Ya, Ternyata hanya 2 tahun hakikatnya menempuh pendidikan sarjana. Pertanyaan besar, lalu saya dapat apa? Saya bisa apa? Benar-benar nihil kalau waktu yang sedikit ini tidak ada usaha lebih untuk menambannya diluar jam kuliah. Banyak membaca, diskusi, menulis, menghafal, berorganisasi, mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya apaun caranya itu. Sebisa mungkin lawan rasa malas, buanglah kasur sumur dapur pada tempatnya, kuburlah hama-hama penghalang sukses dipemakaman terdekat. Kelak Dunia akan bersaing hebat. Sekarang teman esok lawan, sekarang sahabat esok saling hujat, sekarang saling kasih esok berpamrih. Berusahalah semaksimal mungkin, karna kejayaan esok akan berbanding lurus dengan usaha yang diusahakan saat ini.
Sabtu, 30 nop 2013

Jumat, 29 November 2013

senja di langit HTQ



Senja di langit HTQ UIN Maliki Malang

            Tak seperti hari kemarin, senja malang kali ini cerah. Secerah jiwa para santri HTQ yang dengan segenap hati meluangkan waktu diselah-sela padatnya aktifitas kuliah untuk tetap bercinta dengan Al Quran. Tapi apakah semua dengan segenap hati? Semoga saja. Seperti biasa satu demi satu dengan sabar ustadz menyimak hafalan kami. Yah sudah tabiat manusia atas khilaf dan kealpaan. Usai menyimak juz 4 hafalan seorang teman, kembali wejangan hangat sang ustadz bertalun riang ditelinga kami. “ kalau sekolah jangan telat ya, itu untuk menjaga konsistensi. Karena hanya orang yang konsistenlah yang akan sukses dengan target hidupnya.” Itulah adanya, HTQ memberikan jadwal khusus setoran untuk melatih kami beristiqomah. Tak boleh setoran jam berapapun semaunya, agar setor hafalan tak dianggap kerja sampingan yang kapanpun bisa dilakukan maupunn ditinggalkan. Benar-benar jitu.  Kemudian wejangan kedua baru saya dapatkan disini, “ gak usah mikirin kwalitas, yang penting kwantitasnya saja ditingkatkan.” Sangat berbalik arah pula sulit dilogika. Dimana-mana orang utamakan kwal bukan kwan. Buktinya buku yang pernah saya baca bertutur seperti ini, “Tak usah banyak-banyak memegang amanah, karna hal terpenting adalah bagaimana kita benar-benar bisa maksimal dengan amanah yang kita pegang sekarang.” Tapi tidak untuk masalah deresan hafalan. Orang sekali ngaji tanpa salah sedikitpun saat ini tidak akan sama kwalitasnya dengan bulan depan jika tak pernah diulang-ulang. Tapi beda dengan yang ngaji saat ini mungkin masih banyak kesalahan disana sini tapi terus diulang maka bulan depan dan selanjutnya hasil akan lebih baik, terus membaik dan  berkwalitas. Luar biasa, kwantitas kali ini lebih menjanjikan dibanding kwalitas. Semoga istiomah. HTQ UIN Malang, semoga kwantitasmu menebar kebaikan bagi sesama menghasilkan kwalitas tak terbatas.
Sabtu, 30 nop 2013


Sabtu, 16 November 2013

kisah kita



FJA UIN Maliki Malang
            Memang benar segala sesuatu itu begitu sulit memulainya. Itu yang kami alami saat menyelenggarakan acara besar FJA 2013. Tak lebih dari 5 bulan kami merencanakan ajang pengasah Bahasa dan Sastra mahasiswa tingkat Nasional ini. Diawali dengan tak memiliki rupiah sepeserpun, minim pengalaman. maklum panitia yang bergerak didalamnya baru semester 3 dan sebagian semester 5. Ah, sungguh tak meyakinkan.
            Modal utama hanya keyakinan. Yakin bahwa acara Nasional ini bisa terselenggara dengan baik.  Begitu banyak cerita nan sarat hikmah yang bisa kami petik. Selalu ada rasa pesimis dibalik keoptimisan. Rapat dan selalu rapat, tapi hasilnya begitu-begitu saja. Tak banyak perubahan. Tak sedikit oknum yang menentang bahwa acara ini tak akan mampu diselenggarakan hanya batas lintas jurusan saja. Tentu jurusan tercinta BSA UIN Maliki Malang. Belum lagi masalah basi, kemarau dana. Sampai- sampai panitia nggelar kedai buku di car free day  pinggir jalan. Haha, untung gak sampai ada yang ngamen.
            Begitu banyak rintangan sampai pada titik ujung  sebelum hari H. tepat koordinasi terakhir, panitia terlihat benar- benar antusias dengan semangat membara.  Menempel di dahi mereka kalimat “ kita bisa, kita pasti sukses !!.” dan pada titik itulah rasa biasa- biasa saja mulai muncul. Sekali lagi sahabat, bahwa semua itu berat untuk memulai, ketika dijalani semua akan terasa mudah. Dibalik sepuluh kesulitan, akan ada sejuta kemudahan yang menyertai.
            Acara kami benar- benar sukses besar, bisa dinilai 98 kalau tersedia poin 100. Walau masih banyak kekurangan disana-sini tapi secara keseluruhan ini benar-benar perfect. Para peserta merasa puas dengan service panitia. Dekan, Kajur, maupun para Dosen standing applause untuk FJA. Bahkan Ibu Dekan menjanjikan akan adanya anggaran dana khusus dari fakultas untuk acara ini kedepan. Dan detik ini kamipun paham, bahwa yang terpenting bukan acaranya melainkan kebersamaan dan keakraban yang terjalin lewat sebuah acara. Kebahagiaan terindah bukan karena seberapa banyak yang kita dapatkan dari acara tersebut, lebih dari itu seberapa besar Allah SWT berikan kesuksesan atas keringat yang mengucur deras selama ini. Semoga semua ikhlas, Allah SWT ridho dan FJA terselenggara kembali ditahun-tahun mendatang. Amin…
Semoga bermanfaat J
Afini hidayah. Ahad, 17 nop 2013

Aku dan Qolam Tuhan



Aku dan Qolam Tuhan

Mengukir kata demi kata yang layak digoreskan lewat “Qolam” pada lembaran putih ternyata tak semudah yang dibayangkan. Pikiran terus berkelit dengan kata yang bertebaran namun masih saja tak mampu menuangkan lewat lisan maupun tulisan. Adakah yang salah dengan semua ini? Ajarkan aku, Tuhan.
Tuhanku menitipkan “kalamNya” kitab Al-Quran yang mulia pada Nabi yang mulia, pada bulan yang mulia, dikota yang mulia, dengan isi kandungan yang mulia dan tentunya hanya akan diwariskan pada hamba-Nya yang mulia. Aku tau Tuhan akan ajarkan, maka cari taulah bagaimana cara Tuhan mengajarkan.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan”.
Dalam gua Hira yang tak tembus cahaya Nabi Muhammad mendapat ilmu Tuhan untuk pertama kalinya.Ternyata sejak dulu telah diajarkan bahwa ilmu merupakan investasi terbesar, terbukti bahwa kita diajarkan untuk membaca yang menjadi kunci utama mendapatkan ilmu. Membaca alam, menbaca pikiran, membaca keadaan. Lalu kemudian hasil bacaan akan dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk warisan ilmu pengetahuan di masa depan.
Sekali lagi kita renungkan apa itu MEMBACA?
Bacalah alam ketika rinai hujan membasahi bunga-bunga ditaman, terlihat anak-anak dengan tawa ceria bermain membasahi diri mereka dibawah rintiknya, padi sawah yang hijau membentang pun ikut tersenyum menyambut derasnya hujan. Inilah makna membaca yang sesungguhnya. Membaca alam ciptaan Tuhan, membaca dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan.
Aku bukan penulis, Aku sulit merangkai kata untuk kemudian menuliskannya. Ternyata kita sama, masalah utamanya adalah enggan membaca atau mau membaca tapi tidak mau memahaminya. Ingatlah kata saidina Ali r.a "Ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya" . Jika Tuhan tidak ajarkan kita lewat “Kalam-Nya” (AlQuran) untuk manusia agar menulis dengan “Qolam” (pena), maka tidak akan ada perkembangan zaman akibat hilangnya ilmu pengetahuan.
            Kemudian apa lagi yang Tuhan ajarkan?
            Setelah membaca dengan menyebut nama Tuhan, lalu mengikatnya dengan tulisan maka tugas selanjutnyalah untuk menyampaikan lewat ucapan. ”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah dimuka bumi” maka tugas khalifah untuk menyampaikan segala ilmu pada orang sekitarnya. Jangan pernah ragu dalam mentransfer ilmu, karena ilmu tidak akan ada habisnya. Sekalipun memakan dedaunan sebagai kertas, menguras lautan sebagai tinta dan menghabiskan berjuta ranting sebagai “Qolam”nya.
            Maka inilah rantai ilmu yang diajarkan Tuhan. Hanya dengan satu kata “Qolam” tapi memiliki beberapa makna yang saling berhubungan. Membaca “Kalam” Tuhan, menulis dengan “Qolam”, kemudian menyampaikan yang telah ditulis “Qolam” lewat “kalam” untuk makhluk sekalian alam.
Wallahu a’lam bissowab.

Afini Hidayah. BSA 
 Pemenang ke 2 Essay halaqoh ilmiah fair MSSA dari mabna faza, 07 april 2013.





puisi



Hidup Aku
Aku senang
Elok sekali kamarnya
Sederhana,  kasur kempes biasa saja.
Luas, ubin bersinar
Seperti semut mau terpelest dibuatnya.
Aku tentram
subuh datang dengan damai,
asyik aku dengarkan lantunan ayat dari sang imam
kadang dzikir sambil mata ini terpejam.
biar saja hiruk pikuk pagi antre mandi,
aku tetap dibilik kesayanganku mengaji.
Aku tenang
Tak banyak aturan namun hidup teratur
Tak bising namun tetap bersuara.
Apa adanya sekali hidup ini,
Bernafas tertata rapi
Aku riang
Elok sekali temanku,
Kutu buku ia ajarkan aku.
Sapa saja tetangga sebelah,
Nanti ia akan bawakan sepotong roti.
Lapar aku tengah malam
Dug dug dug ah, itu dia sate Madura.
Aku temukan
Tak apalah orang kata apa
Kebahagiaan aku punya semata
Anggap saja dunia ini sehebat tapak kakiku.
Susah, Terus berjalan menyusuri keindahan.
                                                                                                                                My room, 05 sept 13