Minggu, 28 Februari 2016

Mencintaimu Hal Terburuk


Mencintaimu hal terburuk
Saat fajar menyingsing
Saat terik menyengat
Saat jingga senja perlahan lenyap
Saat cahaya bintang memantul pada rembulan
Saat gemericik hujan tengah malam

Ketika cinta rupanya kata kerja
Bait-bait rindu  ini milikmu
Tersenyum untukmu
Tertawa lepas hingga raut memerah,
Membuatku memotret keindahan tanpa melepas bayangmu

Ketika cinta sepertinya rasa
Aku jatuh pada rindu
Sakit pada menahan rindu
Sesak pada sayat rindu
Berdebar pada tiap hembus nafasmu
Aku merasakan saat tatapan matamu membuatku bisu
Bahkan pedih adalah bahagia

Aku punya kenangan buruk saat mencintaimu,
tak bisa melupakanmu.

*MN 18//Malang, 27 Februari 2016

Kamis, 25 Februari 2016

SG, 31 Oktober 2015




Salam Hangat Singapura!
Hari terakhir kami menghirup udara Singapura untuk kesempatan kali ini. Usai packing  barang yang akan dibawa kembali ke Malang, Ibu Elsya istri pemilik rumah menyiapkan hidangan tomyan seafood yang sangat lezat. Saya rasa belum pernah merasakan tomyam selezat ini sebelumnya. Disediakan pasta dan nasi sebagai pelengkap. Keduanya saya cicipi. Pasta tomyam dan nasi tomyan. Usai makan, kami hadirkan diri mengunjungi NTU, Nanyang Technology University. Universitas ternama sebagaimana NUS di Singapura. Letaknya tak jauh dari flat tempat kami tinggal dan dapat ditempuh dengan berjalanan kaki. Hanya karena sedang memaksimalkan sedikit waktu yang tersisa, kami memilih menggunakan bus. NTU tampak luas nan tertata rapi. Pepohonan tak ada yang liar berantakan, semua dipotong rapi hingga nyaman mata memandang. Siapa sangka sekolah Mary Riana yang ada dalam film mimpi sejuta dolar dapat saya kunjungi. Sempat pula duduk santai di kantin NTU sambil minum softdrink sekedar menghilangkan dahaga. Untuk membeli jajanan saja kami harus menggunakan card sebagaimana ezlink kendaraan. Sungguh era digital yang menuntut penduduknya untuk bertindak cerdas dimanapun berada.



Kembali ke tanah air. Kami berangkat menuju Changi Airport dengan mengendarai taxi ditemani Ibu Elsya. Perjalanan begitu lancar, tanpa adanya kemacetan lalu lintas. Setelah hampir  satu jam perjalanan akhirnya kami sampai di Changi Airport. Hanif dan Radhiya teman NUS kami telah menunggu disana. Setelah check in pesawat, kami berjalan menuju kedai Burger King untuk sekedar mengisi waktu yang tersisa sembari bercakap ringan dengan teman. Hari terakhir yang haru, sendu namun indah. Indah karena masih ada canda tawa dengan mereka. Ya, mereka teman baik kami. Salam hangat Singapura, saya lambaikan salam perpisahan hanya untuk saat ini. Suatu saat saya akan berkunjung kembali.

SG, 30 Oktober 2015



Mustafa Center

Hari terakhir di Singapura kami sempatkan berkunjung ke Mustafa Center. Pusat perbelanjaan para pelancong yang lengkap dan lumayan murah. Seperti biasa MRT menjadi teman perjalanan kami. Sebelum ke  Mustafa Center kami sempatkan diri sholat maghrib di masjid komunitas masyarakat India di kawasan little India. Little India merupakan kawasan komunitas India di Singapura. Mereka berkumpul dalam pasar yang menjual berbagai peralatan India. Berjalan menuju Mustafa Center perut terasa keroncongan. Kami berbelok menuju kedai makan untuk member hak tubuh yang telah diajak beraktifitas sejak dini hari. Tampak gedung Mustafa Center tinggi menjulang . kami naik ke lantai dua, tempat beraneka makanan, souvenir, tas, dan sebagainya. Sayang sekali pada hari sebelumnya kami telah membeli oleh-oleh di Bugis Street, jadi tidak banyak lagi yang ingin kami beli di Mustafa Center. Hanya tambahan beberapa bungkus coklat yang saya cari disini. Setelahnya saya bersama teman-teman berjalan menyusuri beberapa lantai, sekedar melihat-lihat saja. Ada toko elektronik di lantai dasar, bagi teman-teman yang ingin membeli barang elektronik seperti handphone, power bank, laptop maupun assesoris elektronik dapat mampir ke plaza ini. Hari yang menyenangkan sebelum kembali ke tanah air.

SG, 29 Oktober 2015



Berkunjung ke Makam Habib Noh
Siapa bilang hidup di Negara Sekuler tidak bisa wisata religi? Hari ini kami mengunjungi makam Habib Noh, penyebar ajaran Islam di tanah Melayu termasuk Singapura. Ini merupakan satu-satunya makam wali yang ada. Alkisah, pemerintah pernah akan menggusur makam Habib Noh demi pembangunan kota. Namun yang terjadi adalah alat penggusur yang digunakan beberapa kali rusak, tidak kuat menggusur tanah makam. Maka hingga saat ini makam masih tetap ada sejajar dengan masjid disebelahnya. Ada pemandangan indah ketika memasuki kawasan makam Habib Noh, burung merpati berkeliaran dimana-mana. Tak ditemukan pemandangan burung merpati selama di Singapura selain ditempat ini. Sepertinya tak hanya manusia, hewanpun patut berterimakasih atas jasa Habib Noh mnenebar kebaikan di tanah melayu.
Saya bersama Putri, Radhiya dan Hanif menuju masjid terlebih dahulu untuk menunaikan shalat Ashar. Tampak jelas simpati sesame muslim disisni, ketika kami duduk di dalam masjid putrid, datang seorang Ibu memberikan buah pisang. Tak ada alas an untuk kami menolak rezeki.


Tak ada niat khusus ziarah wali ini. Melainkan ingin mengunjungi makam wali yang berjasa besar menebar benih islam di tanah Melayu. Meski tak ada satupun namanya tersemat di nama jalan, wilayah atau apapun namun jasa baiknya tetap diakui alam semesta. Tak ada permintaan berlebihan, hanya ingin tertular kebaikan darinya. Agar hidup ini tak sia belaka. Agar dimanapun berada dapat bermanfaat bagi sesama.

SG, 28 Oktober 2015






Diskusi Linguistik Bersama Faiz
Hari ini adalah jadwal kami mengumpulkan hasil revisi penelitian ke Dr. Azhar. Alhamdulillah beberapa perbaikan sudah dilakukan, hanya butuh sedikit penyempurnaan lagi. hari yang tenang, ditemani Hanif kami bertemu dengan saudara Faiz dari Lingustic Department. Kami banyak mendiskusikan perihal pembelajaran dan riset mengenai linguistik. Jurusan Linguistik di NUS banyak melakukan studi lapangan dan studi pustaka. Mereka meneliti fenomena kebahasaan yang sedang terjadi di lapangan. Seperti menggunakan analisis wacana pada surat kabar lokal, maupun meneliti struktur gramatikal yang diucapkan penutur sehari-hari. Tokoh linguistik yang sering disebut adalah Chomsky, kami sedikit berdiskusi bagaimana pendapat Chomsky yang ramai diperbincangkan orang. Selain mengambil modul atau mata kuliah linguistik, Faiz juga mengambil modul perfilman sinematography. Perfilman sinematography yang ada di NUS mempelajari konsep dan kritik film, bukan mempelajari bagaimana memproduksi sebuah film. Ada perpaduan yang baik dilakukan jika kita ingin membuat jurusan perfilman menurut saya. Pertama-tama kita mempelajari konsep dan kritik perfilman, kemudian belajar memproduksi sebuah film.  Sehingga kita akan dapatkan sebuah film yang berkualitas bernilai wawasan pendidikan didalamnya.
Sempat juga kami membicarakan masalah speech act, dimana penelitian mengenai speech act tidak terbatas pada ungkapan langsung seseorang saja, melainkan dapat kita analisa dari teks atau beberapa kalimat speech act yang kita temukan di jalan-jalan dan papan pengumuman. Sebelum berpisah, ia memberi kami alamat majalah online mengenai  wacana linguistik global yang diterbitkan Singapura. www.unravellingmag.com
Terimakasih, Akhir hari ini saya tutup dengan makan malam bersama Putri, Radhiya dan Hanif.