Senin, 18 Mei 2015

al Quran irama Jawa



Maaf dan maklum sebelumnya, ini hanya bualan orang awam tanpa landasan.

Apa kalau kita tidak melantunkan/mendengarkan/menyetujui bacaan al Quran dengan irama Jawa bearti kita tidak cinta tanah air? Kalau memang seperti itu bearti saya sedih karena telah divonis tidak cinta tanah air. Padahal cinta itu lebih terasa bila ia natural tanpa dibuat-buat. Ekspresi cinta tanah air dengan membaca al Quran menggunakan irama jawa terkesan “maksa”. Apa tidak ada inovasi yang lebih pro rakyat yang bisa ditonjolkan pejabat publik saat ini? Inovasi yang seperti ini malah menimbulkan fitnah dan adu domba disana-sini. Saya kira masih banyak persoalan Negeri yang butuh diselesaikan dibanding menciptakan hal baru yang kita tidak tau hal tersebut kelak membawa kita kemana? Saya kira semua ada manfaat dan mudharat, mana yang paling berat itu yang layak kita ambil. Saya kira istana lupa kalau bukan hanya suku jawa saja yang ada di Nusantara. Kasian si Medan Siregar yang kupingnya tak biasa mendengar irama jawa, bisa minta didendangkan dengan irama Medan pula nanti dia. Saya juga penasaran dengan kristiani yang setia dengan irama khasnya tiap minggu pagi. Apa mereka juga mau merubah nadanya dengan irama Jawa? Mau tidaknya bisa kita jadikan perbandingan dan pelajaran sejauh mana loyalitas dan kebanggaan kita pada agama dan keyakinan yang kita anut. Saya kira bersama tidak harus sama. Urusan agama dan Negara bisa berjalan bersama, saling menguatkan tanpa memaksa disama ratakan.

Malang, 05-18-2015