Filosofi Kupu
Ini garis Tuhan yang baru kusadari. Novel Arab yang kami
terjemahkan berjudul Kupu-Kupu Biru. Kupu-kupu yang tidak bisa dinikmati
keindahannya tanpa prosesnya yang panjang. Mulai dari telur lemah yang mudah
hancur menetas menjadi ulat menjijikan lalu ia sadar atas ketidak sempurnaannya
dan berusaha memperindah diri bertapa berbalut daun. Ia baguskan dirinya dengan
berpuasa hingga menjadi kepompong yang tetap berproses perbaiki diri dengan
beberapa kali melepaskan kulitnya. Hingga tiba saat sayap kupu muncul, tertatih
ia gerakkan sayap yang masih basah. Mungkin lelah namun dewasanya menjadi si
cantik jelita. Sayap pelangi menari di wewangian taman bunga. Semua mata
tertuju padanya, buat si capung, jangkrik, belalang dan semut iri.
Butuh proses panjang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Keahlian bukan ilmu laduni yang datang sendiri, bukan pula seperti mukjizat
Tuhan untuk para Nabi. Nikmati prosesnya, justru itu yang bernilai pahala dan
akan jadi cerita. Proses itu fitrah hidup, mau tidak mau harus dijalani. Kalau
tidak mau ya tak usah hidup. Bahkan sejak awal bagaimana akhirnya kita ada pun
tak lepas dari sebuah proses panjang.
Wallahu a’lam bissowab
Jumat, 03 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar