Jumat, 03 April 2015

coretan



Filosofi Kupu

Ini garis Tuhan yang baru kusadari. Novel Arab yang kami terjemahkan berjudul Kupu-Kupu Biru. Kupu-kupu yang tidak bisa dinikmati keindahannya tanpa prosesnya yang panjang. Mulai dari telur lemah yang mudah hancur menetas menjadi ulat menjijikan lalu ia sadar atas ketidak sempurnaannya dan berusaha memperindah diri bertapa berbalut daun. Ia baguskan dirinya dengan berpuasa hingga menjadi kepompong yang tetap berproses perbaiki diri dengan beberapa kali melepaskan kulitnya. Hingga tiba saat sayap kupu muncul, tertatih ia gerakkan sayap yang masih basah. Mungkin lelah namun dewasanya menjadi si cantik jelita. Sayap pelangi menari di wewangian taman bunga. Semua mata tertuju padanya, buat si capung, jangkrik, belalang dan semut iri.
Butuh proses panjang untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Keahlian bukan ilmu laduni yang datang sendiri, bukan pula seperti mukjizat Tuhan untuk para Nabi. Nikmati prosesnya, justru itu yang bernilai pahala dan akan jadi cerita. Proses itu fitrah hidup, mau tidak mau harus dijalani. Kalau tidak mau ya tak usah hidup. Bahkan sejak awal bagaimana akhirnya kita ada pun tak lepas dari sebuah proses panjang.
Wallahu a’lam bissowab
Jumat, 03 Maret 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar