Sabtu, 17 Mei 2014

Hidup di Kota Lebih Baik dari Hidup di Desa



Hidup di Kota Lebih Baik dari Hidup di Desa
                Tema debat el-Jidal sabtu, 17 mei 2014 adalah Hidup di kota lebih baik dari hidup di desa. Sebenarnya apa yang dimaksud desa dan kota? Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi, budaya dan adat masyarakat yang heterogen. Sedangkan desa adalah bentuk pemerintahan terkecil di Indonesia. Mayoritas penduduknya bergerak dibidang pertanian dan hubungan kekerabatan antar masyarakatnya masih terjalin kuat.
Lalu apakah memang benar hidup di kota lebih baik daripada hidup di desa? Untuk mengetahui jawabannya mari kita simak pendapat pihak pro dan kontra.
Pro
1.       Keilmuan dan pendidikan dikota tinggi.
Karena ilmu adalah sarana untuk memfilter diri. misal orang kota tidak meniru perbuatan buruk yang ia dapatkan di jejaring sosial karna ia tau ilmunya bahwa itu buruk. Tapi orang desa cenderung meniru apa yang ia lihat karena tingkat keilmuannya rendah.
2.       Segala akses cepat dan mudah.
Apapun yang kita butuhkan tersedia mulai dari Universitas, rumah sakit, sekolah unggulan, kolam renang, tempat kursus dll.
3.       Sector perekonomian lebih maju.
Dengan majunya perekonomian maka terbukalah banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat.
4.       Dapat berinteraksi dengan beragam orang.
Karena masyarakat kota yang heterogen maka kita dapat mengenal dan saling toleran terhadap ragam budaya masyarakat.
5.       Lebih cocok untuk zaman modern sekarang ini.
Karena zaman semakin maju maka kita harus bisa mengimbangi perkembangan zaman. Dengan cara tinggal di kota agar lebih cepat dan mudah dalam mengakses apaun.

Kontra
1.       Terhindar dari kriminalitas.
Prosentase kriminalitas di desa jauh lebih rendah daripada dikota.
2.       Terhindar dari polusi, bising dan kemacetan.
Di desa udara lebih segar tidak banyak asap polusi, tidak terganggu keramaian penduduk dan kendaraan dan tidak terkena tradisi yang sangat menyebalkan yaitu macet.
3.       Kekerabatan antar warga erat.
Budaya gotong-royong, saling bantu (rewang) saat ada tasyakuran, berkirim makanan dengan tetangga dan silaturahim antar warga sangat erat. Tidak individualis seperti di kota.
4.       Menjunjung tinggi nilai agama.
Anak-anak sore hari memenuhi masjid untuk mengaji begitupun para orang tua yang sholat berjamaah. Tidak habis waktunya untuk mencari uang saja.
5.       Lebih cocok untuk zaman sekarang.
Karena tahun 2020 pemerintah akan menaruh lebih banyak sector perekonomian di desa maka sudah patutnya mulai sekarang kita siapkan semua itu dengan hidup di desa.

Waallahu a’lam bisshowab
Afini Hidayah








Tidak ada komentar:

Posting Komentar