Balasan untuk
karibku A’izzatul Af’idah
Semoga naungan
Allah padamu, guru kita, sanak nan karib kerabat…
Sudah lama aku ingin balas
suratmu, tapi apa hendak dikata aku tak lebih mampu sepertimu melelehkan hati
pembaca. menulis dengan hati maka hatilah sang pembaca. Membuat air mata tak
terbendung sekuat apapun menahannya. Kelebihan yang bahkan tak disadari
pemiliknya. Kelembutan hati yang berbuah lembutnya ukiran kata.
Aku hanya akan hadirkan dongeng
pengantar tidur untukmu. Tak pula elok namun harap kau rela luangkan sedikit
waktu membacanya. Fabel, karya sastra peninggalan Ibnu Muqoffa yang nyaris
hilang tanpa bekas. Semoga Tarikh Adab tak hanya mata kuliah membosankan J, tak sekedar kilas
angin malam. Semoga karya sastra hebat didalamnya dapat kita lestarikan.
Raja
Semut Merah Dan Semut Hitam
Tersebutlah kala seabad purnama
di selatan tanah Maroko, tersohor sekawanan semut atas naungan kerajaan besar
dan makmur. Rakyat semut hidup dengan berlimpah pangan dan sandang. Merekapun
tinggal dirumah yang rata layak. Anak-anak semut pagi kesekolah, begitupun
ragam kesibukan orang tua ke sawah, kantor, pasar dan sebagainya. Tak ada
kemiskinan, bangunan semakin tinggi menjulang, peradaban kian maju pesat. Semua
itu terjadi tak lain berkat kegigihan Raja Semut Merah yang sangat bijak nan
bersahaja, ia sosok yang cerdas dan pekerja keras, iapun pandai memikat hati
rakyat. 16 tahun lamanya Raja Semut Merah memimpin kerajaan Naml, sang Raja
banyak melakukan perubahan. Rakyat Naml sangat mencintainya hingga mereka ingin
Raja menjabat untuk selamanya. Namun itu adalah hal mustahal, karena Negeri
Naml bediri pada satu hukum yang ada. Purnama ini adalah akhir masa jabatan Raja
Semut Merah dan akan digantikan oleh Raja lain. Pergantian yang sebenarnya tak
diinginkan.
Raja Semut Hitam adalah dinilai
paling cocok menggantikan Raja Semut Merah. Ia baik nan bersahaja. Ia rela
meluangkan waktu untuk urusan-urusan kecil dimasyarakat. ia pun akrab dengan
segenap menteri kerajaan, namun Raja Semut Hitam sedikit pendiam. Masyarakat
tak begitu mengenal mutiara yang ada dalam dirinya.
Musim semi adalah hal yang
sangat dinanti rakyat Naml, keceriaan mereka seolah berlipat dimusim semi.
Namun semi kali ini sepertinya berbeda. Penduduk bermuram durja, tawa canda
mereka seakan sirna. Semua itu hanyalah karena kabar tak sedap yang menimpa
mantan raja mereka, Raja Semut Merah. Ia divonis penjara dengan tuduhan
penggelapan dana kerajaan untuk membeli roti dan gulali sebagai pangan simpanan
rakyat musim salju. Maklum, Raja Semut Merah tak ingin ada rakyat Naml yang mati
akibat kelaparan. Mendengar kabar ini rakyat Naml marah, mereka tak rela
pahlawannya difitnah belaka. Mereka menulis diberbagai media untuk #Save
Raja Semut Merah, mereka gelar aksi tolak tuduhan atas Raja. Bahkan ketika
persidangan, mereka ikut serta memberi dukungan. Doa bersama digelar diberbagai
penjuru daerah untuk sang mantan Raja.
Bersamaan dengan itu Raja Semut
Hitampun ditimpa musibah yang tak kalah hebat. Ia dituduh meniru model bangunan
kerajaan belalang Negeri tetangga. Jika tuduhan itu benar, maka jabatan sebagai
orang pertama di Negeri Naml harus segera ia tanggalkan. Hanya pejabat Negara
dan segelintir rakyat yang tau kabar ini. tak ada sedikitpun dukungan dari
rakyat pada Raja Semut Hitam, tak ada teriak perlindungan atasnya sebagai Raja
yang sah. Hingga suatu hari Raja Semut Hitam jatuh sakit, ia dirawat di rumah
sakit Ant beberapa pekan lamanya. Salah seorang ajudan kerajaan bernama rayap yang
setia mendampingi kemanapun raja pergi tiba-tiba bertanya “ duhai yang mulia,
apakah begitu berat beban atas tuduhan yang menimpamu hingga membuatmu tak
berdaya seperti ini?” Raja kemudian tersenyum. Ia gerakkan tangan kirinya yang
penuh dengan balutan khas rumah sakit seraya bertutur lemah “ ketahuilah wahai
rayap, aku sama sekali tak mengkhawatirkan atas tuduhan itu, bahkan jika tak
lagi jadi rajapun tak apa. namun aku berfikir atas dosa yang telah ku perbuat
hingga tak ada satupun rakyat yang peduli padaku, tak sebait doapun mengalir
untukku.” Sambil tertunduk dan menitikan air mata rayap berucap “ jangan sedih
yang mulia, aku hamba yang nista ini tau segala kebaikanmu. Apapun yang terjadi
kelak, aku selalu disisimu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar