Rabu, 14 Mei 2014

Dongeng "Raja Semut Merah Dan Semut Hitam"



Balasan untuk karibku A’izzatul Af’idah
Semoga naungan Allah padamu, guru kita, sanak nan karib kerabat…
                Sudah lama aku ingin balas suratmu, tapi apa hendak dikata aku tak lebih mampu sepertimu melelehkan hati pembaca. menulis dengan hati maka hatilah sang pembaca. Membuat air mata tak terbendung sekuat apapun menahannya. Kelebihan yang bahkan tak disadari pemiliknya. Kelembutan hati yang berbuah lembutnya ukiran kata.
                Aku hanya akan hadirkan dongeng pengantar tidur untukmu. Tak pula elok namun harap kau rela luangkan sedikit waktu membacanya. Fabel, karya sastra peninggalan Ibnu Muqoffa yang nyaris hilang tanpa bekas. Semoga Tarikh Adab tak hanya mata kuliah membosankan J, tak sekedar kilas angin malam. Semoga karya sastra hebat didalamnya dapat kita lestarikan.
Raja Semut Merah Dan Semut Hitam
                Tersebutlah kala seabad purnama di selatan tanah Maroko, tersohor sekawanan semut atas naungan kerajaan besar dan makmur. Rakyat semut hidup dengan berlimpah pangan dan sandang. Merekapun tinggal dirumah yang rata layak. Anak-anak semut pagi kesekolah, begitupun ragam kesibukan orang tua ke sawah, kantor, pasar dan sebagainya. Tak ada kemiskinan, bangunan semakin tinggi menjulang, peradaban kian maju pesat. Semua itu terjadi tak lain berkat kegigihan Raja Semut Merah yang sangat bijak nan bersahaja, ia sosok yang cerdas dan pekerja keras, iapun pandai memikat hati rakyat. 16 tahun lamanya Raja Semut Merah memimpin kerajaan Naml, sang Raja banyak melakukan perubahan. Rakyat Naml sangat mencintainya hingga mereka ingin Raja menjabat untuk selamanya. Namun itu adalah hal mustahal, karena Negeri Naml bediri pada satu hukum yang ada. Purnama ini adalah akhir masa jabatan Raja Semut Merah dan akan digantikan oleh Raja lain. Pergantian yang sebenarnya tak diinginkan.
                Raja Semut Hitam adalah dinilai paling cocok menggantikan Raja Semut Merah. Ia baik nan bersahaja. Ia rela meluangkan waktu untuk urusan-urusan kecil dimasyarakat. ia pun akrab dengan segenap menteri kerajaan, namun Raja Semut Hitam sedikit pendiam. Masyarakat tak begitu mengenal mutiara yang ada dalam dirinya.
                Musim semi adalah hal yang sangat dinanti rakyat Naml, keceriaan mereka seolah berlipat dimusim semi. Namun semi kali ini sepertinya berbeda. Penduduk bermuram durja, tawa canda mereka seakan sirna. Semua itu hanyalah karena kabar tak sedap yang menimpa mantan raja mereka, Raja Semut Merah. Ia divonis penjara dengan tuduhan penggelapan dana kerajaan untuk membeli roti dan gulali sebagai pangan simpanan rakyat musim salju. Maklum, Raja Semut Merah tak ingin ada rakyat Naml yang mati akibat kelaparan. Mendengar kabar ini rakyat Naml marah, mereka tak rela pahlawannya difitnah belaka. Mereka menulis diberbagai media untuk #Save Raja Semut Merah, mereka gelar aksi tolak tuduhan atas Raja. Bahkan ketika persidangan, mereka ikut serta memberi dukungan. Doa bersama digelar diberbagai penjuru daerah untuk sang mantan Raja.
                Bersamaan dengan itu Raja Semut Hitampun ditimpa musibah yang tak kalah hebat. Ia dituduh meniru model bangunan kerajaan belalang Negeri tetangga. Jika tuduhan itu benar, maka jabatan sebagai orang pertama di Negeri Naml harus segera ia tanggalkan. Hanya pejabat Negara dan segelintir rakyat yang tau kabar ini. tak ada sedikitpun dukungan dari rakyat pada Raja Semut Hitam, tak ada teriak perlindungan atasnya sebagai Raja yang sah. Hingga suatu hari Raja Semut Hitam jatuh sakit, ia dirawat di rumah sakit Ant beberapa pekan lamanya. Salah seorang ajudan kerajaan bernama rayap yang setia mendampingi kemanapun raja pergi tiba-tiba bertanya “ duhai yang mulia, apakah begitu berat beban atas tuduhan yang menimpamu hingga membuatmu tak berdaya seperti ini?” Raja kemudian tersenyum. Ia gerakkan tangan kirinya yang penuh dengan balutan khas rumah sakit seraya bertutur lemah “ ketahuilah wahai rayap, aku sama sekali tak mengkhawatirkan atas tuduhan itu, bahkan jika tak lagi jadi rajapun tak apa. namun aku berfikir atas dosa yang telah ku perbuat hingga tak ada satupun rakyat yang peduli padaku, tak sebait doapun mengalir untukku.” Sambil tertunduk dan menitikan air mata rayap berucap “ jangan sedih yang mulia, aku hamba yang nista ini tau segala kebaikanmu. Apapun yang terjadi kelak, aku selalu disisimu.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar