Sabtu, 16 November 2013

Aku dan Qolam Tuhan



Aku dan Qolam Tuhan

Mengukir kata demi kata yang layak digoreskan lewat “Qolam” pada lembaran putih ternyata tak semudah yang dibayangkan. Pikiran terus berkelit dengan kata yang bertebaran namun masih saja tak mampu menuangkan lewat lisan maupun tulisan. Adakah yang salah dengan semua ini? Ajarkan aku, Tuhan.
Tuhanku menitipkan “kalamNya” kitab Al-Quran yang mulia pada Nabi yang mulia, pada bulan yang mulia, dikota yang mulia, dengan isi kandungan yang mulia dan tentunya hanya akan diwariskan pada hamba-Nya yang mulia. Aku tau Tuhan akan ajarkan, maka cari taulah bagaimana cara Tuhan mengajarkan.
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-mu yang menciptakan”.
Dalam gua Hira yang tak tembus cahaya Nabi Muhammad mendapat ilmu Tuhan untuk pertama kalinya.Ternyata sejak dulu telah diajarkan bahwa ilmu merupakan investasi terbesar, terbukti bahwa kita diajarkan untuk membaca yang menjadi kunci utama mendapatkan ilmu. Membaca alam, menbaca pikiran, membaca keadaan. Lalu kemudian hasil bacaan akan dituangkan dalam tulisan sebagai bentuk warisan ilmu pengetahuan di masa depan.
Sekali lagi kita renungkan apa itu MEMBACA?
Bacalah alam ketika rinai hujan membasahi bunga-bunga ditaman, terlihat anak-anak dengan tawa ceria bermain membasahi diri mereka dibawah rintiknya, padi sawah yang hijau membentang pun ikut tersenyum menyambut derasnya hujan. Inilah makna membaca yang sesungguhnya. Membaca alam ciptaan Tuhan, membaca dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan.
Aku bukan penulis, Aku sulit merangkai kata untuk kemudian menuliskannya. Ternyata kita sama, masalah utamanya adalah enggan membaca atau mau membaca tapi tidak mau memahaminya. Ingatlah kata saidina Ali r.a "Ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya" . Jika Tuhan tidak ajarkan kita lewat “Kalam-Nya” (AlQuran) untuk manusia agar menulis dengan “Qolam” (pena), maka tidak akan ada perkembangan zaman akibat hilangnya ilmu pengetahuan.
            Kemudian apa lagi yang Tuhan ajarkan?
            Setelah membaca dengan menyebut nama Tuhan, lalu mengikatnya dengan tulisan maka tugas selanjutnyalah untuk menyampaikan lewat ucapan. ”Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah dimuka bumi” maka tugas khalifah untuk menyampaikan segala ilmu pada orang sekitarnya. Jangan pernah ragu dalam mentransfer ilmu, karena ilmu tidak akan ada habisnya. Sekalipun memakan dedaunan sebagai kertas, menguras lautan sebagai tinta dan menghabiskan berjuta ranting sebagai “Qolam”nya.
            Maka inilah rantai ilmu yang diajarkan Tuhan. Hanya dengan satu kata “Qolam” tapi memiliki beberapa makna yang saling berhubungan. Membaca “Kalam” Tuhan, menulis dengan “Qolam”, kemudian menyampaikan yang telah ditulis “Qolam” lewat “kalam” untuk makhluk sekalian alam.
Wallahu a’lam bissowab.

Afini Hidayah. BSA 
 Pemenang ke 2 Essay halaqoh ilmiah fair MSSA dari mabna faza, 07 april 2013.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar