Ini
kisah perjalanan nekatku ke gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan salah satu
destinasi wisata yang diimpikan banyak orang baik dalam maupun luar Negeri.
Letak gunung Bromo secara geografis diapit oleh empat Kabupaten di provinsi
Jawa Timur yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Dan
tentunya bagiku yang saat ini tinggal di kota Malang, tidak begitu jauh untuk
pergi ke gunung yang sangat indah ini.
Aku
bersama lima orang teman perempuan berangkat dari Malang dengan mengendarai
tiga sepeda motor. Sebenarnya ini hal yang agak bahaya dan tidak perlu ditiru.
Karena pertama, tidak ada laki-laki dalam rombongan, kedua kami berangkat malam
hari dalam keadaan buta jalan kecuali mengandalkan gmaps, ketiga motor
yang kami kendarai adalah motor beat dengan kondisi motor yang tidak fit pada
bagian rem. Ah, kalau dipikir-pikir alangkah nekatnya... hanya modal bismillah
minta pertolongan sama Allah.
Kami
melangkah dari malang kota jam 20.30 lewat jalur Tumpang ke arah Coban Pelangi.
Akses jalan dari kota sangat bagus dan ramai. Setelah melewati Tumpang menuju
ke Coban Pelangi jalanan mulai sepi, kadang lewat pemukiman warga, kadang lewat
perkebunan tebu. Ini yang serem kalo pas lewat perkebunan sedangkan motor yang
lewat hanya tiga motor kami, uh.. doa banyak-banyak pokoknya. Setelah melewati
Coban Pelangi, jalanan tambah sepi dan berliku, banyak jurang di kanan kiri
jalan, pengendara harus ekstra hati-hati. Setelah melewati jalanan berliku,
gelap, dan menanjak tersebut, akhirnya pada pukul 23.00 kami sampai di gerbang
yang bertuliskan “Selamat datang di wisata gunung Bromo.” Ah leganya..., disana
kami berhenti untuk membeli tiket masuk gunung Bromo. Setelah memarkir sepeda
motor, kami beristirahat sejenak, pergi ke toilet, membayar tiket masuk seharga
Rp. 32.500,-/orang dan basa-basi dengan membeli syal sambil ngobrol dengan para
petugas yang ada disana. Jangan takut, para petugas, pedagang, sopir jip yang
ada di tempat pembelian tiket orangnya baik-baik. Kita tidak akan dibohongi.
Dan disinilah kami memesan jip yang sejak dalam perjalanan kami khawatirkan,
dimana kami harus berhenti untuk memesan jip. Dan dari obrolan kami tahu bahwa
perjalanan ke Bromo ramai di atas jam 23.00. jadi wajar bila diperjalanan tadi
sangat sepi karena masih dibawah jam 21.00.
Kami
mendapatkan jip seharga Rp.600.000,- untuk 6 orang. Setelah istirahat di saung
yang disediakan, akhirnya kami berangkat dengan jip ke Bromo pukul 01.30 pagi. Betapa
menakjubkannya melihat pemandangan malam di kawasan Bromo dengan cahaya bulan
bertabur bintang. Kami sarankan buat kalian yang ke Bromo naik motor beat
mending sambung jip saja, karena selain jalannya berbahaya yaitu naik, turun,
berpasir, kalian bisa lebih menikmati perjalanan apabila dengan menggunakan
jip. Jip terus melaju menuju puncak penanjakan, di puncak kami turun untuk
melihat sunrise. Di puncak sangat dingin, kami sarankan memakai jaket berbahan
parasut atau yang tidak tembus dingin. Tapi bagi yang mengenakan jaket biasa
jangan khwatir, karena di puncak banyak pedagang dan jasa sewa jaket.
Usai
makan pop mie di warung makan yang tersedia dan shalat subuh pukul 04.00, kami
bergegas ke puncak mencari spot melihat sunrise yang tepat. Disana banyak
sekali wisatawan yang sudah stand by menunggu sunrise. Sekitar pukul 05.00
sunrise mulai muncul. Ah, betapa indahnya ciptaan Allah.. kalimat tasbih tiada
henti kami lantunkan.
Setelah
menikmati sunrise dan berfoto ria, kami kembali menuju jip pukul 06.00 untuk
melanjutkan perjalanan menuju spot wisata Bromo lainnya. Diantara tempat yang
kami singgahi adalah padang safana, pasir berbisik, dan bukit teletubies. Keindahan
yang tak habis pujian karenanya. Mata ini benar-benar dimanjakan dengan alam
luar biasa ciptaan Tuhan. Ya, siapapun kamu yang membaca cerita ini rugi bila
tak berkunjung kesana, agar tambah rasa syukurmu kepadaNYA.
Malang, 22 September 2018